Sabtu, 30 Maret 2013

Penanganan Organisme Pengganggu Dengan Insektisida

Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang sangat beragam yang terdapat di hutan alam maupun hutan tanaman yang tersebar di seluruh nusantara. Tapi yang menjadi kendala kehutanan Indonesia dalam mengelola hutan secara lestari adalah dengan tersebarnya organisme pengganggu tanaman yang mau tidak mau harus perhatian yang serius. Pada dasarnya setiap jenis tanaman disenangi menjadi inang jenis organisme pengganggu tertentu dan jika dibiarkan dapat tersebar secara eksplosif, hal ini dapat berakibat kehilangan atau penurunan hasil. Selain itu serangan organisme pengganggu tersebut juga berdampak menurunkan kualitas pohon yang diserangnya serta mampu menggerek pucuk atau batang dan hama perusak akar. Sehingga dengan adanya serangan oleh organisme pengganggu ini diadakan pengendalian hama terpadu salah satunya dengan penggunaan insektisida. Insektisida merupakan bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh organisme pengganggu dalam hal ini serangga. Insektisida mampu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serangga. Tidak hanya itu kegunaan dari insektisida, insektisida juga mampu mempengaruhi tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta biologis lainnya yang mampu menyebabkan kematian pada serangga pengganggu tanaman. Dengan adanya insektisida yang mampu membantu manusia mengusir serangga menyebabkan pemakaian insektisida oleh beberapa orang melebihi dosis yang telah ditentukan sehinngga menyebabkan serangga kebal dari insektisida sebagai akibat pemakaian melebihi dosis. Dosis merupakan jumlah insektisida yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman persatuan luas tertentu atau per pohon yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Untuk mengetahui dosis umumnya dapat dilihat label tertera pada kemasan pestisida, perhatikan petunjuk penggunaannya sehingga pada waktu aplikasi tidak terjadi kesalahan dan usaha pengendalian membuahkan hasil. Selain dosis juga ada beberapa hal yang penting untuk diketahui seperti bahan aktif. Bahan aktif merupakan bahan utama yang secara biologis bersifat sebagai insektisida. Sedangkan dosis bahan aktif merupakan banyaknya bahan aktif insektesida yang diperlukan untuk pencampuran pada setiap satuan volume zat pelarut (dapat pula diartikan kadar bahan aktifnya). Bahan aktif dan beberapa zat seperti pelarut dan surfaktan merupakan bahan secara mendasar dalam komponen formulasi. Formulasi insektisida yang digunakan dalam pengawetan kayu dan pengendalian hama hasil hutan pada umumnya adalah dalam bentuk penyemprotan (Sprays dan pencelupan (Dippling) yang terdiri dari EC (Emulsible concentrates), EC (Emulsible concentrates) merupakan larutan pekat pestisida yang diberi Emulsifier (bahan pengemulsi) untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak dalam air. Selain EC (Emulsible concentrates). Ada juga S (Solution, larutan dalam air) merupakan larutan garam dalam air atau campuran yan jernih walaupun semula mengandung cairan lain misalnya alkohol yang dapat bercampur dengan air. Selain itu ada juga Dust (D), Dust merupakan formulasi insektisida yang paling sederhana dan paling mudah digunakan. Salah contoh yang paling sederhana ialah tepung belerang yang mampu meekan semua populasi serangga. Fumigan juga termasuk dalam salah satu formulasi salah satu contohnya Kloropikrin untuk Cryptotermes serta terdapat juga formulasi dalam bentuk umpan (baits). Perbedaan dari formulasi ini untuk membedakan spesialisasi terhadap jenis serangga-serangga tertentu, misalnya jenis Rayap Cryptotermes dapat dikendalikan dengan Dusting. Insektisida dapat dibedakan menjadi jenis golongan organik dan anorganik. Insekstisida organik mengandung unsur karbon sedangkan insektisida anorganik tidak mengandung karbon. Insektisida organik umumnya bersifat alami, yaitu diperoleh dari makhluk hidup sehingga disebut insektisida hayati. Beberapa Insektisida dilihat dari jenisnya antara lain Insektisida sintetik, Insektisida sintetik merupakan Insektisida organik sintetik yang banyak dipakai dibagi-bagi lagi menjadi beberapa golongan besar. Selain ini ada juga Senyawa Organofosfat, Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan fosfat. Insektisida sintetik yang masuk dalam golongan ini adalah Chlorpyrifos, Chlorpyrifos-methyl, Diazinon, Dichlorvos, Pirimphos-methyl, Fenitrothion, dan Malathion. Terdapat juga senyawa Organoklorin, Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan klorin. Contoh-contoh insektisida golongan organoklorin adalah Lindane, Chlordane, dan DDT. Terdapat juga Karbamat, Insektisida golongan karbamat diketahui sangat efektif mematikan banyak jenis hama pada suhu tinggi dan meninggalkan residu dalam jumlah sedang. Terdapat juga Fumigan, Fumigan merupakan gas-gas mudah menguap yang dapat membunuh hama serangga. Selain jenis-jenis diatas terdapat juga Insektisida hayati, insektisida ini dikenala senyawa sintetik namun terdapat juga insektisida alami yang berasal dari bakteri, pohon maupun bunga. Beberapa contoh insektisida hayati seperti Silica (SiO2) merupakan insektisida anorganik yang bekerja dengan menghilangkan selubung lilin pada kutikula serangga sehingga menyebabkan mati lemas. Terdapat juga Asam Borat, insektisida ini dapat dipakai untuk menarik perhatian semut. Terdapat juga Pirethrum, Pirethrum adalah insektisida organik alami yang berasal dari kepala bunga tropis krisan. Terdapat juga Neem, Neem merupakan ekstrak dari pohon Neem (Azadirachta indica). Penggunaan Neem sebagai insektisida hayati dimulai sejak 40 tahun lalu. Dan Bakteri Bacillus thuringiensis, Bakteri ini memproduksi toksin Bt yang dapat mematikan serangga yang memakannya. Penggunaan jenis-jenis insektisida ini tentunya ada cara pemakaiannya. Cara pemakaian (Application Methods) diantaranya penyemprotan, hal ini metode yang paling banyak digunakan. Pada umumnya 100-200 liter enceran insektisida per Ha. Paling banyak adalah 1000 liter/Ha sedang paling kecil 1 liter/Ha seperti pada ULV. Terdapat juga cara pemakaian Dusting hal ini untuk hama rayap kayu kering Cryptotermes, Duting sangat efisien bila dapat mencapai koloni karena racun dapat menyebar sendiri melalui efek perilaku trofalaksis. Selain Dusting terdapat juga cara penuangan atau penyiraman (Pour on) misalnya untul membunuh sarang (koloni) semut, rayap, serangga tanah di persemaian. Cara lain yang dapat digunakan adalah injeksi batang, dengan insektisida sistematik bagi ham batang, daun, penggerek dan lain-lain. Terdapat juga Dipping, cara ini dengan perendaman atau pencelupan seperti untuk biji atau benih dan kayu. Cara selanjutnya ada;ah Fumigasi, hal ini dengan cara penguapan, misalnya pada hama gudang atau hama kayu. Cara pemakaian insektisida selanjutnya adalah Impregnasi, metode ini dengan tekanan (Pressure) misalnya dalam pengawetan kayu. Cara pemakaian ini merupakan salah satu tahap untuk melumpuhkan atau mematikan organisme pengganggu. Dalam mematikan organisme serangga, insektisida meggunakan cara-cara seperti Insektisida yang menyerang lambung terlebih dahulu. Insektisida mempunyai cara dalam mematikan atau melumpuhkan organisme pengganggu. Cara kerja insektisida diantaranya, Insektisida lambung atau perut, Insektida ini hanya mempunyai daya bunuh setelah lebih dahulu dimakan oleh serangga hama, karena bahan aktif atau racun akan bekerja dalam perut. Terdapat juga insektisida kontak, Insektisida ini akan meracun serangga hama apabila serangga hama ini menyentuh insektisida ini atau bagian tanaman yang disemprot dengan insektisida ini. Racun atau bahan aktif akan meresap ke dalam tubuh serangga melalui kulit luar, kemudian bekerja di dalam tubuh sehingga serangga akan mati. Selain insektisida kontak terdapat juga Insektisida sistematik, Insektisida ini dapat ditranslokasikan melalui jaringan tanaman. Serangga hama akan mati apabila menghisap atau memakan jaringan tanaman tersebut. Selain tiga kerja diatas terdapat juga Insektisida fumigan, Insektisida ini akan membunuh serangga apabila serangga menghisap bahan insektisida ini. Insektisida ini masuk ke tubuh serangga melalui sistem pernafasan. Dengan cara-cara diatas mampu meminimalisir organisme pengganggu tanaman pada hutan alam maupun hutan tanaman serta mampu memberikan manfaat yang jauh lebih berkualitas pada produktivitas yang dihasilkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar