Sabtu, 30 Maret 2013

Masa Bera

Hutan merupakan kawasan yang ditumbuhi tumbuh-tumbuhan yang didominasi oleh pepohonan dengan luasan tertentu. Masuknya kepentingan manusia seperti pengambilan hasil hutan karena tekanan penduduk untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang semakin besar, mengakibatkan pengambilan hasil hutan semakin intensif. Tentunya dengan semakin banyaknya penduduk yang tergantung pada hutan tidak menutup kemungkinan untuk semakin besarnya peluang kerusakan pada hutan dan hal inilah yang terjadi pada wajah hutan Indonesia. Dengan kegiatan yang tanpa sengaja dapat merusak hutan yang dilakukan oleh para penduduk didalam hutan seperti meninggalkan bekas api unggun yang membara di hutan, pembuatan arang di hutan, membuang puntung rokok sembarangan di hutan, dapat menyebabkan kerusakan hutan lebih jelasnya kebakaran hutan dan dengan adanya kebakaran hutan menyebabkan tanah menjadi kering dan tentunya dapat menyebabkan kekurangan air pada lahan yang terkena kebakaran. Ketika tanah kekurangan air atau bahkan tidak ada kandungan air menyebabkan tanah memerlukan massa istirahat atau dengan kata lain tanah belum bisa ditanami apapun karena tanah masih belum mampu memberikan hara dan air untuk pertumbuhan tanaman dan masa inilah yang disebut dengan Masa Bera. Pada masa bero ini lahan tidak memberikan manfaat dan tentunya tidak dapat memproduksi apapun karena harus dalam masa pemulihan untuk menjadi sedia kala. Dengan adanya masa bero ini tentunya dapat menurunkan keanekaragaman tanah seperti unsur hara yang ada didalamnya hilang ssehingga akan menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan pastinya akan berdampak pada produktivitas tanah. Lahan seperti ini tentunya harus ada pengatasan untuk memulihkannya kembali seperti sedia kala. Sebagai tempat pengembalaan ternak merupakan salah satu cara untuk mempercepat peningkatan kesuburan tanah. Dengan adanya ternak yang dijemur atau mencari makan dilahan yang mengalami masa bero tentunya mereka akan mengeluarkan kotoran. Dan dari kotoron hewan inilah akan mampu menghasilkan pupuk kompos yang tanpa sengaja akan menjadikan lahan dalam masa bero akan pulih kembali seperti sedia kala dan tentunya akan meningkatkan kesuburan tanah. Pada waktu 2-4 bulan tanah masa bero dibiarkan dengan sendirinya dan tentunya dengan hunian ternak mampu meningkatkan lagi fungsi tanah akan tetapi belum bisa maksimal seperti sebelum adanya lahan yang rusak. Akan tetapi dengan adanya cuaca yang mendukung disaat terjadi masa bero seperti hujan menjadi salah satu faktor penentu cepatnya kesuburan dan fungsi tanah seperti sedia kala. Hal-hal diatas merupakan strategi manajemen lahan untuk memulihkan daya dukung tanah tersebut. Dalam penelitian masa bera pada sistem agroforestri, Pengaruh langsung dari keberadaan tajuk dalam sistem agroforestri adalah luas naungan dan intensitas cahaya dalam sistem tersebut. Cahaya sebagai sumberdaya yang tak dapat disimpan sangat berpengaruh terhadap perkembangan tanaman semusim khususnya dalam bidang olah. Cahaya yang cukup memungkinkan bidang olah untuk menghadirkan komponen tanaman semusim, begitu sebaliknya. Menurut Suryanto (2005) keberhasilan sistem agroforestri sangat ditentukan dalam manajemen cahaya sehingga budidaya sistem agroforestri sama dengan budidaya cahaya sehingga hal yang terkait disini adalah kepadatan tajuk(Crown density) dan transparansi tajuk (Foliage transparancy). Kedua kunci ini sifatna saling berkebalikan yaitu apabila nilai kepadatan tajjuknya maka nilai transparansi tajuk akan turun dan begitu juga sebaliknya. Kecenderungan kepadatan tajuk yang berpengaruh terhadap kondisi bera dalam sistem agroforestri dapat disimpulkan dengan rumus Y = 0,747Ln(X) + 1,7899 dengan Y adalah kepadatan tajuk dan X adalah luas lahan. Pada berbagai situasi bera sangat nyata perbedaan status cahanyanya, sistem agroforstri semakin mengarah pada kondisi bera berat maka akan dicirikan dengan semakin rendahnya intensitas cahaya dan semakin ringan tingkat bera maka akan mempunyai intensitas cahaya yang lebih tinggi. Kecenderungan intensitas cahaya pada setiap model bera dapat disimpulkan dengan rums Y = 109386e^-1,3466X dengan Y adalah intensitas cahaya dan X adalah luas lahan. Penelitian Nuripto dan Ginting (1996) pada masyarakat adat Benuaq di Kalimantan Timur melaporkan bahwa siklus masa bero atau masa mengistirahatkan lahan 1-2 tahun menghasilkan boaq yang merupakan suksesi pertama setelah masa tanam. Masa bero 5-10 tahun pada lahan disebut Klaka tuhaq yaitu suksesi yang ditandai hadirnya tanaman pioner berdiameter 20-30 cm, hingga mencapai bengkar atau hutan tua bila telah mencapai lebih dari 100 tahun. Jika dalam hutan sekunder masa bera dapat diklasifikasikan berdasarkan umur hutan sekunder tersebut maka dapat dikelompokkan seperi dibawah ini yakni : 1. Hutan sekunder tua dengan masa bera 10-15 tahun 2. Hutan sekunder muda dengan masa bera 5-10 tahun 3. Hutan sekunder termuda dengan masa bera < 5 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar